puasa

Keutamaan Puasa Ramadhan Hari 20
Posted on 12-08-2010 by Administrator
Keutamaan hari ke 20 puasa ramadhan, pada suatu hari Allah Azza wa Jalla mengutus kepada kalian tujuh puluh Malaikat untuk menjaga kalian dari setiap setan yang terkutuk; Allah Azza wa Jalla mencatat untuk kalian setiap hari kalian puasa seperti berpuasa seratus tahun; menjadikan parit antara kalian dan neraka; memberi kalian pahala orang yang termaktub dalam Taurat, Injil, Zabur dan Al-Qu’an; Allah Azza wa Jalla mencatat untuk kalian setiap pena Jibril (as) sebagai ibadah satu tahun; memberikan pada kalian pahala tasbih Arasy dan Kursi; dan memberi pasangan untuk kalian setiap ayat Al-Qur’an seribu bidadari.


:: SQ :2-Ayat 14 ::

14.gif (1801 bytes)

"Dan jika mereka bertemu dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: kami beriman. Dan jika mereka berkumpul dengan setan-setan mereka, mereka berkata: kami bersama kalian, karena kami hanya bermaksud mengejek (orang-orang yang beriman)."


Diantara tanda-tanda lain kemunafikan ialah bahwa seorang Munafik tidak memiliki satu kepribadian dan identitas yang mandiri serta kokoh kuat. Di lingkungan mana pun dia akan menyesuaikan diri dengan warna lingkungan tersebut. Ketika ia berada di kalangan orang-orang Mukmin maka ia menunjukkan keimanan dan kebersamaan. Dan ketika ia berada di
kalangan musuh-musuh agama dan umat serta pemimpin Islam, maka ia pun akan bersatu suara dengan mereka dan berbicara tentang hal-hal yang anti orang-orang beriman. Untuk menarik perhatian mereka ia pun mentertawakan serta melecehkan Mukminin.

Ayat-ayat ini juga memperingatkan kita agar jangan sampai kita tertipu oleh sikap lahir seseorang, dan siapa pun mengaku sebagai orang yang beriman, janganlah
kita menerimanya begitu saja dan memperlakukannya sebagai seorang mukmim. Tetapi hendaknya kita lihat terlebih dahulu dengan siapa ia bergaul dan siapa teman-teman dekatnya. Adalah hal yang tak dapat diterima, bahwa seseorang beriman, tetapi ia juga bersahabat baik dengan musuh-musuh agama dan pemimpin. Iman tak dapat bercampur dengan sikap bersahabat dan berdamai dengan musuh-musuh agama.

Kini kita lihat sekilas pelajaran-pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini:

1) Setan, tidak terbatas pada setan yang merupakan makhluk halus. Manusia-manusia pun yang menjadi penyebab tersesatnya orang lain dapat disebut sebagai setan. Untuk itu kita harus menjauhkan diri dari manusia-manusia seperti itu.

2) Rencana-rencana rahasia, pembentukan pertemuan-pertemuan secara sembunyi-sembunyi anti pemerintahan Islam, menunjukkan tad adanya keberanian menyatakan akidah dan keyakinan. Munafikin yang selalu menghina dan melecehkan ahli iman, adalah orang-orang pengecut dan tak memiliki mental yang lurus.

3) Munafikin adalah kaki tangan musuh-musuh di dalam masyarakat, dan seiring dengan kemauan-kemauan mereka. Di depan musuh-musuh, mereka mengatakan: Inna ma'akum, sesungguhnya kami bersama kalian, bukan bersama orang-orang Mukmin.

:: Ayat 13 ::

"Jika dikatakan kepada mereka: berimanlah sebagaimana orang-orang itu beriman, mereka mengatakan: "Apakah kami akan beriman sebagaimana orang-orang bodoh itu beriman?" Ketahuilah bahwa sesungguhnya merekalah yang bodoh, namun mereka tak menyadari".

Diantara tanda-tanda dan bukti-bukti nifak, ialah takabbur dan merasa diri sendiri sebagai orang yang paling baik dan menganggap orang lain hina. Mereka merasa diri sendiri sebagai orang yang berakal, pandai dan cerdas, sementara orang-orang yang beriman mereka anggap sebagai orang-orang yang bodoh, dungu dan berpikiran sederhana. Oleh karena itu, ketika dikatakan kepada mereka: apa sebab kalian memisahkan diri dari barisan dan kelompok masyarakat serta tidak beriman sebagaimana mereka? dalam menjawab, mereka mengecap rakyat yang selalu turut berjuang dan membela agama serta pemimpin-pemimpin mereka baik di masa senang maupun di masa susah, sebagai orang-orang yang bodoh, sedangkan sikap mendua dan kemunafikan mereka, mereka anggap sebagai kecerdasan dan kepandaian.

Dalam menjawab pernyataan mereka itu, Al-Quran mengatakan: "Kalian yang menganggap mukminin sebagai orang-orang yang bodoh, justru merupakan orang-orang bodoh yang sesungguhnya. Akan tetapi repotnya ialah ketika kalian tidak menyadari kebodohan kalian sendiri. Sedangkan hal yang lebih buruk dari kebodohan ialah ketidak sadaran akan kebodohan kalian sendiri; yang membuat seseorang merasa memahami segala sesuatu, sedangkan orang lain disangkanya bodoh semua. Dari ayat di atas beberapa poin berikut ini dapat kita ambil sebagai pelajaran:

1) Penghinaan terhadap orang-orang beriman, merupakan bagian dari
watak orang-orang munafikin yang menganggap diri mereka lebih tinggi
dan lebih baik dari pada orang lain.

2) Terhadap seorang mutakabbir, kita harus bersikap sebagaimana sikap
si mutakbbir itu sendiri. Seseorang yang memandang hina kepada
orang-orang yang beriman juga harus dipandang hina di dalam
masyarakat, agar ia menyadari kesombongan dan keangkuhannya, lalu
meninggalkan sifat tersebut.

3) Sikap menghina dan mengejek adalah perbuatan orang bodoh. Karena
orang yang pandai berbicara berdasarkan logika. Sedangkan orang
bodoh, berbicara dan bersikap dengan menghina dan meremehkan orang
lain.

4) Allah SWT akan menghinakan munafikin di dunia ini dan membuka
kedok mereka yang buruk di hadapan masyarakat umum.

:: Ayat 11 - 12 ::

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لاَ تُفْسِدُواْ فِي الأَرْضِ قَالُواْ إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ (11)


أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَـكِن لاَّ يَشْعُرُون َ(11)َ



Artinya: "Dan jika dikatakan kepada mereka, janganlah kalian

membuat kerusakan di bumi, mereka berkata kami adalah orang-orang pembuat kebaikan. Ketahuilah bahwa mereka itu adalah para pembuat kerusakan, namun mereka tidak merasa".


Nifaq adalah penyakit menular yang jika tidak dicegah, akan cepat menjalar menjangkiti orang banyak di dalam masyarakat. Sehingga penyakit-penyakit seperti sikap suka menjilat, tipu menipu, riya atau pamer, kepura-puraan, sikap mendua dan lain sebagainya, akan menyeret masyarakat ke arah kehancuran. Oleh karena munafik itu sendiri bukan orang yang taat melaksanakan perintah-perintah agama, ia pun selalu menginginkan agar orang lain pun berbuat hal yang sama.

Oleh sebab itu ia selalu melecehkan, merendahkan dan mempermainkan perintah-perintah Allah dan mentertawakan orang-orang yang taat menjalankan kewajiban-kewajiban agama mereka. Al-Quranul Karim menjelaskan berbagai contoh perbuatan orang-orang munafikin ini di dalam Surah-surah At-Taubah dan Munafikin. Disebutkan bahwa mereka lari dari medan jihad menghadapi musuh-musuh Islam, sehingga mengakibatkan kelemahan mental para pejuang. Atau ketika mereka mengeluarkan sedekah dan bantuan-bantuan keuangan, mereka melakukannya disertai dengan sikap menghina kepada orang-orang mukmin.

Memang, nifaq merupakan sumber segala kerusakan di dalam masyarakat. Bahkan munafik yang sudah buta sehingga tidak dapat lagi melihat hakekat-hakekat, menganggap kerusakan dirinya sebagai kebaikan. Karena menurut pandangannya, hal-hal seperti berdamai dengan musuh dan menghindari pertumpahan darah, merupakan kebaikan bagi masyarakat. Oleh karena itu peperangan harus dihindari dan akibat-akibatnya harus dicegah, meskipun pada kenyataannya hal itu justru akan mengakibatkan lemahnya agama dan orang-orang yang beriman.

Adapun poin-poin penting yang dapat kita ambil sebagai pelajaran dari ayat ini ialah:

1) Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh penyakit nifaq tidak bersifat pribadi.
Karena ia akan mencakup seluruh anggota masyarakat.

2) Diantara tanda-tanda nifaq, ialah sifat suka menganggap diri sendiri baik
dan lebih terhormat dari pada orang lain. Mereka mengatakan: hanya
kamilah orang-orang baik dan suka berbuat kebaikan, orang lain tidak.

3) Jika nifaq sudah tertanam kuat di dalam hati seseorang, maka ia sudah
tak akan lagi mampu berpikir dan berperasaan dengan baik dan benar, lalu
ia tak lagi bersedia mendengarkan dan melihat hakekat-hakekat.

4) Orang-orang mukmin harus mengenali dan mengetahui slogan-slogan
indah namun kosong yang biasa diucapkan oleh munafikin, agar terhindar
dari tipu daya mereka.

5) Kecerdikan dan kepandaian yang tidak membawa kemaslahatan bagi
masyarakat adalah ketidak pedulian dan kebodohan.

:: Ayat 11 - 12 ::

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لاَ تُفْسِدُواْ فِي الأَرْضِ قَالُواْ إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ (11)


أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَـكِن لاَّ يَشْعُرُون َ(11)َ

Artinya: "Dan jika dikatakan kepada mereka, janganlah kalian membuat kerusakan di bumi, mereka berkata kami adalah orang-orang pembuat kebaikan. Ketahuilah bahwa mereka itu adalah para pembuat kerusakan, namun mereka tidak merasa".


Nifaq adalah penyakit menular yang jika tidak dicegah, akan cepat menjalar menjangkiti orang banyak di dalam masyarakat. Sehingga penyakit-penyakit seperti sikap suka menjilat, tipu menipu, riya atau pamer, kepura-puraan, sikap mendua dan lain sebagainya, akan menyeret masyarakat ke arah kehancuran. Oleh karena munafik itu sendiri bukan orang yang taat melaksanakan perintah-perintah agama, ia pun selalu menginginkan agar orang lain pun berbuat hal yang sama.

Oleh sebab itu ia selalu melecehkan, merendahkan dan mempermainkan perintah-perintah Allah dan mentertawakan orang-orang yang taat menjalankan kewajiban-kewajiban agama mereka. Al-Quranul Karim menjelaskan berbagai contoh perbuatan orang-orang munafikin ini di dalam Surah-surah At-Taubah dan Munafikin. Disebutkan bahwa mereka lari dari medan jihad menghadapi musuh-musuh Islam, sehingga mengakibatkan kelemahan mental para pejuang. Atau ketika mereka mengeluarkan sedekah dan bantuan-bantuan keuangan, mereka melakukannya disertai dengan sikap menghina kepada orang-orang mukmin.

Memang, nifaq merupakan sumber segala kerusakan di dalam masyarakat. Bahkan munafik yang sudah buta sehingga tidak dapat lagi melihat hakekat-hakekat, menganggap kerusakan dirinya sebagai kebaikan. Karena menurut pandangannya, hal-hal seperti berdamai dengan musuh dan menghindari pertumpahan darah, merupakan kebaikan bagi masyarakat. Oleh karena itu peperangan harus dihindari dan akibat-akibatnya harus dicegah, meskipun pada kenyataannya hal itu justru akan mengakibatkan lemahnya agama dan orang-orang yang beriman.

Adapun poin-poin penting yang dapat kita ambil sebagai pelajaran dari ayat ini ialah:

1) Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh penyakit nifaq tidak bersifat pribadi.
Karena ia akan mencakup seluruh anggota masyarakat.

2) Diantara tanda-tanda nifaq, ialah sifat suka menganggap diri sendiri baik
dan lebih terhormat dari pada orang lain. Mereka mengatakan: hanya
kamilah orang-orang baik dan suka berbuat kebaikan, orang lain tidak.

3) Jika nifaq sudah tertanam kuat di dalam hati seseorang, maka ia sudah
tak akan lagi mampu berpikir dan berperasaan dengan baik dan benar, lalu
ia tak lagi bersedia mendengarkan dan melihat hakekat-hakekat.

4) Orang-orang mukmin harus mengenali dan mengetahui slogan-slogan
indah namun kosong yang biasa diucapkan oleh munafikin, agar terhindar
dari tipu daya mereka.

5) Kecerdikan dan kepandaian yang tidak membawa kemaslahatan bagi
masyarakat adalah ketidak pedulian dan kebodohan.

:: Ayat 10 ::

10.gif (1527 bytes)

"Di dalam hati mereka terdapat penyakit, lalu Allah menambah mereka dengan penyakit, dan mereka akan menerima azab yang pedih, karena sebelum ini mereka selalu berbohong".


Menurut Al-Quran, jiwa manusia, sama sebagaimana tubuhnya, kadang-kadang terkena penyakit, yang jika tidak diobati akan semakin parah dan terus berkembang sampai suatu saat, kemanusiaan orang itu pun akan musnah pula. Kemunafikan atau nifaq adalah penyakit jiwa yang paling berbahaya yang mengancam jiwa dan hati kita semua. Manusia yang sehat tidak memiliki lebih dari satu wajah, sementara antara lahir dan batinnya terdapat keserasian yang baik dan sempurna. Lidahnya mengatakan hal-hal yang ada di dalam hatinya, dan tingkah lakunya sesuai dengan pikiran-pikirannya. Tetapi jika tidak demikian, maka jiwa telah menjadi sakit dan terkena penyimpangan.

Penyakit nifaq mempersiapkan lahan yang subur bagi penyakit-penyakit jiwa lain, seperti kikir, dengki dan tamak. Dan bagaikan akar-akar penyakit kanker ia akan semakin menghujam di hati dan jiwa si munafik. Al-Quran menyebut sumber utama yang menumbuhkan penyakit nifaq ini ialah watak suka berbohong dan akan berkembang terus bersamanya. Tentu saja bohong tidak terbatas hanya pada lidah.

Suatu perbuatan pun, yang dilakukan tidak sesuai dengan akidah seseorang (dengan tujuan dan niat jahat kepada pihak lain) juga merupakan kebohongan perbuatan. Bangkai binatang yang terjatuh ke dalam air, lalu menebarkan bau tak sedap, setiap kali hujan menyiraminya, bukannya hujan tersebut menghapus polusi yang ditimbulkan oleh bangkai tersebut, tapi hujan itu justru semakin menyebarkannya.

Nifaq bagaikan bangkai, yang jika bersemayam di dalam hati manusia, setiap petunjuk yang datang dari Allah SWT, meskipun berupa rahmat, namun bukannya menerima petunjuk tersebut, seorang Munafik hanya menunjukkan kepura-puraan dan riya', sementara penyakit nifaqnya semakin parah. Nifaq memiliki makna yang luas yang mencakup segala sikap mendua diantara perkataan dan perbuatan, lahir dan batin. Makna seperti ini kadang kala juga muncul dari seorang Mukmin; seperti riya' dan sikap pamer dalam melaksanakan ibadat. Artinya, ia melakukan ibadah dan perbuatan-perbuatan baik lainnya adalah karena selain Allah. Maka yang demikian ini pun termasuk sejenis nifaq.

Rasulullah SAWW bersabda: "Tiga sifat jika salah satunya terdapat pada seseorang maka ia adalah seorang Munafik, meskipun ia berpuasa, melakukan salat dan menganggap dirinya sebagai seorang Muslim. Tiga sifat tersebut ialah khianat dalam memegang amanat, dusta ketika berbicara dan ingkar janji".

Berikut ini beberapa poin yang dapat kita ambil sebagai pelajaran dari ayat
yang telah kita pelajari di atas:

1) Nifaq adalah penyakit jiwa. Dan Munafik bagai seorang yang sakit,
tidak sehat dan tidak pula mati. Bukan Mukmin bukan pula Kafir secara
nyata.

2) Nifaq berkembang bagaikan penyakit kanker, yang jika tidak segera
diobati akan menguasai seluruh wujud manusia dan sifat-sifat
kemanusiaannya.

3) Sumber penyakit nifaq, ialah sifat dusta, dan berdusta adalah perbuatan
yang biasa dilakukan oleh orang Munafi
k.

:: Ayat 9 ::

"Mereka berusaha menipu Allah dan orang-orang yang beriman. Tetapi mereka tidak menipu siapa pun kecuali diri mereka sendiri. Sedangkan mereka tidak merasa."


Munafikin mengira bahwa mereka adalah orang-orang yang cerdik dan pandai; dan merasa bahwa dengan menunjukkan keimanan, mereka akan menipu Tuhan orang-orang Mukmin, serta memperoleh perlakuan dan hak-hak yang sama sebagai Muslimin yang lain. Mereka berusaha menipu Nabi dan orang-orang beriman, sampai jika datang saat yang tepat mereka pun akan melancarkan serangan mereka terhadap Islam. Akan tetapi Allah SWT mengetahui kekufuran batin mereka dan mengenali hipokritas atau sikap mendua mereka. Lalu Allah SWT mengungkapkan apa yang tersembunyi di dalam hati mereka dan membuka kedok mereka yang buruk untuk orang-orang yang beriman. Pasien yang datang untuk berobat kepada dokter, lalu dokter tersebut memberikan perintah-perintah atau resep obat yang mesti dimakan olehnya, namun ia tidak mentaati dan berbohong kepada dokter dengan mengatakan bahwa obat-obat yang diberikan sudah ia makan; maka si pasien menyangka bahwa ia telah menipu si dokter. Padahal ia hanya menipu dan menimpakan kerugian pada dirinya sendiri. Karena sesungguhnya akibatburuk kebohongannya itu hanya akan menimpa dirinya sendiri. Jadi orang yang terkena penyakit nifaq ini, menyangka telah menipu Allah dan orang-orang beriman. Sedangkan sesungguhnya ia tidak menipu siapa pun kecuali dirinya sendiri. Pendengar sekalian yang terhormat. Berikut ini beberapa poin yang merupakan pelajaran yang dapat kita ambil dari ayat di atas:

1) Munafik adalah penipu, Kita harus berhati-hati jangan sampai termakan oleh sikap-sikap lahir para penipu ini.

2) Kita sendiri jangan sekali-sekali menipu orang lain. Dan mesti kita sadari bahwa seorang yang menggali lubang, maka ia sendiri yang akan terperosok ke dalam lubang itu.

3) Sikap Islam terhadap Munafik, sama sebagaimana sikap Munafik itu sendiri terhadap Islam. Secara lahir ia menyatakan sebagai Muslim. Maka Islam pun secara lahir memperlakukannya sebagai seorang Muslim. Munafik tidak memiliki iman di dalam hatinya. Allah pun, di hari kiamat, akan menimpakan azab kepadanya sama sebagaimana kepada orang-orang Kafir.

4) Munafik menganggap dirinya sebagai orang yang cerdik dan pandai. Padahal ia tidak tahu bahwa diseberangnya adalah Allah SWT yang Maha Mengetahui segala rahasia dan perasaan hati semua manusia.

:: Ayat 8 ::


"Diantara orang-orang itu, ada yang mengatakan: "kami beriman kepada Allah dan hari akhir.' padahal mereka bukan orang-orang yang beriman."

Al-Quran yang merupakan Kitab hidayah, menjelaskan kepada kita sifat-sifat orang-orang Mukmin, Kafir dan Munafik, supaya kita dapat mengenali diri kita sendiri, bahwa kita ini termasuk golongan yang mana; juga untuk mengenali orang lain sehingga kita dapat menentukan sikap yang sesuai dengan seluruh anggota masyarakat.

Sejak awal Surah Al-Baqarah hingga ayat 8, 4 ayat berbicara tentang orang-orang Mukmin, dua ayat tentang orang-orang Kafir, sedangkan ayat ke 8 ini dan seterusnya, berjumlah 13 ayat, memaparkan tentang manusia-manusia yang masuk ke dalam kelompok ke 3, yaitu orang-orang yang tidak memiliki sinar cahaya seperti yang dimiliki oleh kelompok pertama, tidak pula memiliki keberanian dan keterusterangan yang dimiliki oleh kelompok ke dua. Mereka tidak mempunyai iman di dalam hati, sementara lidah
mereka tidak pula menyatakan kufur. Mereka itu adalah Munafikin penakut, yang sesungguhnya berhati Kafir tetapi mengaku beriman secara lahir.

Setelah Rasul Allah SAWW berhijrah dari Makkah ke Madinah, dan Musyrikin mengalami kekalahan berat dalam perang menghadapi Muslimin, sebagian rakyat Makkah dan Madinah, meskipun hati mereka tak pernah menerima Islam, namun demi menyelamatkan jiwa dan harta mereka, atau demi mencapai posisi dan kedudukan di antara Muslimin, mereka mengakui secara lahir sebagai Muslim, dan memoles diri dengan warna yang sama sebagaimana Muslimin lain. Jelas sekali bahwa orang-orang seperti ini adalah pengecut yang tidak memiliki harga diri dan keterusterangan, sebagaimana orang-orang Kafir lain yang menyatakan kekufuran mereka secara terang-terangan, sehingga barisan mereka terpisah dari orang-orang yang benar-benar beriman.

Bagaimanapun, hipokritas, hati bercabang, dan bermuka dua, adalah fenomena yang selalu dihadapi oleh setiap revolusi dan perubahan-perubahan sosial. Dan jangan sekali-kali mengira bahwa semua orang yang menunjukkan keimanan dan kesetiaan serta kebersamaan, lalu hatinya pun memiliki konsistensi yang sama. Betapa banyak orang-orang yang pada lahirnya sangat Islami, namun di dalam hati, sangat memusuhi Islam.

Pelajaran yang dapat kita ambil dari ayat ini ialah:. Iman adalah perkara hati, bukan lidah. Oleh sebab itu untuk mengenali orang-orang tertentu, kita tidak boleh mencukupkan dengan pernyataan-pernyataan lahir mereka.

:: Ayat 7 ::


7.gif (1631 bytes)

"Allah menutup hati mereka dan pendengaran mereka, sedangkan di mata mereka terdapat tabir yang menutupi, dan bagi mereka azab yang besar".


Orang-orang kafir memiliki akal, mata dan telinga, tapi perkataan-perkataan jelek dan fanatisme serta sifat keras kepala, telah menutupi semua itu sehingga tidak lagi mampu memahami dan melihat kebenaran. Itu merupakan hukuman dari Allah di dunia sedangkan di akhirat, azab yang pedih telah menunggu mereka. Di sini muncul pertanyaan. Yaitu jika Allah SWT telah menutup hati, mata dan telinga orang-orang kafir, maka berarti mereka tidak lagi bertanggung jawab atas kekafiran mereka. Karena mereka telah dipaksa oleh Allah SWT untuk tetap dalam keadaan kafir. Untuk menjawab pertanyaan ini Al-Quran memberikan keterangan yang sangat jelas di dalam ayat 35 Surah Al-Mukmin. Kadzalika Yatba'ullah kulli qalbi mutakabbiran jabbar. Artinya: Demikianlah Allah akan menutup hati orang yang sombong dan zalim.

Juga di dalam ayat 155 Surah An-Nisa Allah berfirman: Bal taba'allah hu 'alaiha bikufrihim Artinya: Tetapi Allah menutup hati mereka karena kekafiran mereka. Sesungguhnya ayat ini menerangkan sunnatullah yang berlaku pada manusia, yaitu jika seseorang memiliki sifat takabbur, keras hati dan keras kepala dalam menghadapi kebenaran, maka alat-alat pencari pengetahuannya pun akan macet dan tak mampu bekerja lagi. Kebenaran pun akan tersembunyi baginya dan abibat buruk di dunia dan akhirat bakal menimpanya.

Beberapa hal berikut ini dapat kita ambil sebagai pelajaran yang kita simpulkan dari ayat di atas:

1) Orang yang memahami kebenaran, namun menolaknya, maka Allah akan
menutup mata hatinya sehingga akan selalu menolak kebenaran. Hal itu
merupakan ganjaran baginya.

2) Kelebihan manusia dibanding dengan hewan ialah akal dan kemampuan
berpikir dengan benar yang dimiliki oleh manusia. Tetapi kelebihan ini dapat
hilang dan musuh dengan kekafiran.